Mengapa Literasi Menulis Penting?
Sebuah penelitian kecil di Jawa Barat dengan melibatkan 107 guru Bahasa Inggris menunjukkan bahwa menulis belum menjadi kebiasaan populer di kalangan guru. Banyak alasan yang muncul, mulai dari tidak ada waktu, sulit mengutarakan ide, kurang percaya diri, hingga merasa tidak memiliki bakat menulis.
Namun, kondisi tersebut tidak menghalangi para guru untuk tetap melaksanakan program literasi di sekolah, terutama kegiatan membaca 15 menit di awal kelas sesuai amanat Permendikbud No. 23 Tahun 2015. Sayangnya, semangat menulis tidak sekuat semangat membaca.
Padahal, menurut Renald Kasali, kesadaran bisa hadir dari diri sendiri atau dari dorongan eksternal. Artinya, guru perlu menyadari bahwa literasi bukan hanya membaca, tetapi juga menulis. Setelah membaca, biasanya akan muncul inspirasi. Inspirasi inilah yang seharusnya dituangkan dalam bentuk tulisan.
Literasi Guru: Membaca dan Menulis
Gencarnya program literasi menuntut guru untuk berperan sebagai model sekaligus pelaksana. Literasi sendiri bermakna kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas melalui berbagai aktivitas, seperti membaca, menyimak, menulis, hingga berbicara.
Agar literasi tidak berhenti pada membaca, guru perlu memulai kebiasaan menulis. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan.
Tips Memulai Menulis bagi Guru
1. Jangan Takut Menulis
Membaca tidak berarti literasi sudah selesai. Setelah membaca, tulislah apa yang dipahami. Tidak perlu takut hasil tulisan tidak bagus. Menulis adalah keterampilan yang akan semakin baik jika dilatih terus-menerus.
2. Luangkan Waktu 10–15 Menit Sehari
Sediakan waktu minimal 10–15 menit setiap hari untuk menulis. Tuliskan apa saja, mulai dari ungkapan hati seorang pendidik hingga catatan pengalaman mengajar. Jika dilakukan secara rutin selama 21 hari, menulis bisa menjadi kebiasaan (habit).
3. Manfaatkan Materi Ajar
Guru memiliki banyak bahan untuk ditulis. Materi ajar, referensi buku, atau modul pembelajaran dapat dikembangkan menjadi karya tulis atau bahkan buku. Semakin lama mengampu mata pelajaran tertentu, semakin kaya pula inspirasi yang bisa dituangkan.
4. Bagikan Pengalaman Mengajar
Pengalaman mengajar adalah sumber inspirasi yang berharga. Jangan hanya berhenti di ruang guru atau obrolan singkat. Dokumentasikan pengalaman tersebut dalam tulisan agar bisa menjadi referensi bagi guru lain dan bermanfaat dalam jangka panjang.
Penutup: Jadilah Guru Literat
Dengan menulis secara rutin, keterampilan guru akan semakin terasah. Kebiasaan sederhana menulis 10–15 menit per hari mampu membentuk karakter guru sebagai komunitas literat. Pada akhirnya, peserta didik akan mendapatkan contoh nyata dari gurunya dalam membangun budaya literasi.
Ayo mulai sekarang, jadilah guru literat yang tidak hanya membaca, tetapi juga menulis!

