Gaya Pola Asuh Orang Tua
Gaya Pola asuh orang tua dalam mendidik anak sangatlah beraneka ragam. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor yang mempengaruhi sikap orang tua, yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal adalah model pola asuh orang tua yang didapat dari pola asuh sebelumnya. Dalam hal ini orang tua menerapkan pola asuh berdasarkan yang mereka alami dari para orang tuanya. Dan ini digunakan jika mereka merasa pola asuh yang mereka dapatkan dari orang tua termasuk kategori berhasil. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan lingkungan kerja orang tua. Lingkungan sosial dan fisik tempat orang tua tinggal sangat berpengaruh terhadap pola pengasuhan terhadap anaknya. Sebagai contoh, tempat tinggal orang tua di lingkungan masyarakat yang mayoritas tingkat sopan santunnya rendah, maka akan berpengaruh terhadap sikap anak-anak mereka. Kemudian lingkungan kerja orang tua. Jika orang tua terlalu sibuk bekerja maka otomatis mereka akan cederung menitipkan atau menyerahkan pengasuhan anaknya kepada orang-orang terdekatnya. Termasuk di sini mereka yang bekerja sebagai TKI di luar negeri. Mereka akan menyerahkan tanggung jawab pengasuhan anaknya kepada orang terdekat seperti saudara atau neneknya. Maka pola asuh yang didapat oleh anak akan sesuai dengan orang yang mengasuh anak tersebut. Tipe-Tipe Gaya Pola Asuh Orang Tua Gaya pola asuh orang tua atau pun pengasuh terhadap anak memiliki tipe-tipe seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Psikolog Diana Braumrind (Santrock, 2002), terdapat tiga gaya pola asuh orang tua terhadap anak, yaitu: Authoritarian Parenting (pola asuh otoriter), Authoritative Parenting (pola asuh demokratis), dan Permisif Parenting. Selanjutnya Psikolog Eleanor dan John Martin menambahkan satu jenis lagi yaitu Uninvolved Parenting (pola asuh cuek). Berikut kita bahas beserta akibat yang timbul dari gaya pola asuh orang tua tersebut. 1. Authoritarin Parenting (Pola Asuh Otoriter) Gaya pola asuh orang tua ini menuntut anaknya menjadi patuh dan penurut. Cara yang digunakan orang tua adalah menerapkan disiplin yang keras dan hukuman untuk mengendalikan anak. Orang tua banyak membuat peraturan tanpa menjelaskan ataupun mengajak anak untuk mendiskusikan sanksi yang diberikan. Pola asuh orang tua otoriter ini berakibat anak cenderung suka berbohong untuk menghindari hukuman, tidak bahagia, kurang mandiri, takut bersikap, merasa rendah diri, menunjukkan banyak masalah dalam berperilaku, memiliki nilai akademis yang buruk, rentan terhadap masalah mental, dan cenderung memiliki masalah penggunaan narkoba. 2. Authoritative Parenting (Pola Asuh Demokratis) Gaya pola asuh orang tua ini cenderung menggunakan pendekatan rasional dan demokratis. Orang tua sangat responsif terhadap sikap anaknya. Mereka bersikap akrab dan bahkan bisa menjadi teman bagi anaknya. Orang tua tipe ini mau mendengarkan pendapat anak, membuat peraturan dengan menjelaskan alasan dan kaitannya dengan norma serta nilai yang diterapkan dalam keluarga. Bahkan untuk sanksi pun mereka membuat kesepatan bersama. Orang tua seperti ini sangat memahami informasi perkembangan anak-anaknya. Gaya pola asuh orang tua ini berakibat anak cenderung ramah, bersemangat, ceria, dapat mengendalikan diri, memiliki rasa ingin tahu, kooperatif, tampak bahagia, lebih mandiri, dan mencapai kesuksesan akademik yang tinggi. Selain itu, anak juga biasanya dapat berinteraksi dengan baik, memiliki keterampilan sosial yang bagus, memiliki kesehatan mental yang baik (lebih sedikit mengalami depresi, kecemasan, upaya bunuh diri, mengonsumsi alkohol, maupun penggunaan narkoba), dan tidak menunjukkan kekerasan. 3. Permisive Parenting Gaya pola asuh orang tua permisif dikenal gemar memanjakan dan memiliki sedikit tuntutan atau harapan untuk anak. Orang tua jenis ini lebih responsif pada anak dibandingkan dua pola asuh sebelumnya. Pola asuh ini lebih modern, toleran dan menghindari konfrontasi. Orang tua jenis ini akan sedikit memiliki informasi tentang perkembangan anaknya. Sebab mereka cenderung mentolerir apapun kesalahan atau pun kelalaian anak. Mereka membuatkan aturan untuk anaknya, tetapi mereka juga tidak konsisten. Jika anak melanggar maka tetap dibiarkan. Sehingga anak akan merasa di zona nyaman berbuat apapun sesuka hatinya. Pola asuh orang tua ini akibatnya kerap mencetak pribadi yang tidak mandiri. Mereka cenderung mengalami masalah yang berkaitan dengan kecemasan setiap mengambil keputusan. anak akan menemui kesulitan mengontrol dorongan hati, tidak patuh jika diminta melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya sendiri. mereka juga cenderung memiliki kinerja buruk dengan tugas-tugas sekolahnya. 4. Uninvolved Parenting (Pola Asuh Cuek) Gaya pola asuh orang tua ini sama sekali tidak terlibat dengan apa pun yang terkait dengan anak. Orang tua tidak menuntut, tidak responsif, dan minim komunikasi. Meskipun kebutuhan dasar anak terpenuhi, namun umumnya mereka terlepas jauh dari kehidupan anak. Mereka hanya memastikan bahwa anak mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup, pulang ke rumah dengan aman, dan hal-hal mendasar lainnya. Sementara hal-hal yang bersifat dukungan emosional mereka nihil. Mereka adalah para orang tua yang akhirnya kurang mendapatkan informasi perkembangan anak-anaknya. Gaya pola asuh orang tua seperti ini, membuat anak cenderung tidak memiliki kontrol diri di kemudian hari. Pola asuh ini juga mencetak pribadi dengan harga diri dan kompetensi yang rendah. Orang tua seperti ini baru sadar jika di kemudian hari tiba-tiba muncul masalah yang membebani pikiran mereka. Sebab mereka sebelumnya tidak pernah tahu informasi perkembangan anaknya. Pola asuh orang tua di atas, akan membantu kita untuk mengevaluasi diri. Sehingga kita dapat menentukan gaya yang tepat untuk digunakan sebagai model pola asuh terhadap anak-anak kita. demikian, semoga bermanfaat.
Gaya Pola Asuh Orang Tua Read More »

