Mengenal Kurikulum Berbasis Cinta
Kurikulum Berbasis Cinta atau biasa disingkat KBC adalah pendekatan pendidikan yang menekankan nilai‐nilai cinta kasih, empati, toleransi, keadilan, penghargaan terhadap sesama dan terhadap lingkungan, serta pengembangan karakter secara menyeluruh — bukan hanya aspek akademik. KBC merupakan sebuah nilai dan pendekatan yang masuk ke dalam berbagai mata pelajaran yang sudah ada. Nilai Dan Prinsip Kurikulum Berbasis Cinta Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) memiliki nilai inti atau prinsip yang meliputi ; Empati dan penghargaan terhadap setiap individu. Relasi guru‐murid yang hangat dan aman secara emosional. Keseimbangan antara aspek kognitif dan afektif (pikir & rasa). Pembelajaran bermakna / kontekstual dan memperhatikan pengalaman siswa. Nilai cinta kepada Tuhan, sesama, ilmu, lingkungan, dan bangsa (“Panca Cinta”). Pentingnya Kurikulum Berbasis Cinta Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) menjadi penting karena beberapa alasan, di antaranya ; Untuk merespons krisis kemanusiaan seperti intoleransi, kekerasan, serta perundungan di sekolah. Agar pendidikan tidak hanya mengukur kecerdasan akademik, melainkan juga karakter dan kesejahteraan emosional siswa. Untuk membangun kesadaran ekologis dan kepedulian terhadap lingkungan. Menumbuhkan generasi yang toleran, manusiawi, dan mampu mengelola keberagaman. Kementerian Agama Sebagai Pengembang Kurikulum Berbasis Cinta Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) merupakan konsep pendekatan pembelajaran dari Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai penyelenggara utama. Konsep ini berkembang melalui uji publik dan kolaborasi dengan berbagai pihak pakar pendidikan dan tokoh masyarakat. Adapun pemberlakuannya sejak dari perencanaan pada tahun 2024 melalui diskusi dan uji publik dan resmi berlaku pada pertengahan tahun 2025. Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di Sekolah/Madrasah Implementasi KBC meliputi beberapa aspek, yaitu ; Pelatihan guru untuk memahami filosofi dan metode pengajaran berbasis cinta. Panduan integrasi nilai “cinta” ke dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Pemantauan dan evaluasi untuk melihat bagaimana nilai-nilai cinta tersebut tumbuh dalam iklim sekolah. Tantangan Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) Implementasi KBC dapat diidentifikasi sebagai berikut ; Butuh perubahan budaya di sekolah; banyak guru masih terbiasa dengan pendekatan yang sangat akademis dan fokus pada hasil ujian. Perlunya kesiapan dan pemahaman guru, terutama dalam aspek afektif dan emosional. Bagaimana mengukur dan menilai aspek‐karakter dan nilai yang bersifat non‐kognitif. Konsistensi antara sekolah, rumah, dan masyarakat agar nilai cinta tidak berhenti di kelas tetapi meluas ke lingkungan. Risiko atau Kritik Terhadap Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) Beberapa kritik atau kekhawatiran yang muncul terhadap implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) antara lain: Bahwa fokus pada cinta harus tetap seimbang dengan prinsip keagamaan atau nilai-nilai normatif agar tidak dilemahkan. Potensi penyederhanaan ajaran agama atau nilai jika “cinta” disalahpahami atau tidak dirumuskan secara jelas. Kesulitan dalam menjaga standar akademik jika semua perhatian terlalu tertuju pada aspek emosional dan karakter. Perbedaan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) Dengan Pendidikan Karakter Sebelumnya Beberapa point penting yang menjadi perbedaan antara Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dengan pendidikan karakter sebelumnya yakni ; KBC lebih menekankan integrasi nilai cinta sebagai roh dari keseluruhan proses pendidikan, bukan sebagai tambahan modul karakter. KBC berusaha menggabungkan aspek spiritual, emosional, sosial, dan intelektual secara lebih seimbang. KBC juga memberi ruang bagi pengalaman pembelajaran yang bersifat reflektif dan relasional, bukan sekadar transfer ilmu.
Mengenal Kurikulum Berbasis Cinta Read More »









